www.flickr.com

Sunday, September 2, 2012

Pengertian Sumpah


    Sumpah menurut pengertian syara’ yaitu menahkikkan atau menguatkan sesuatu dengan menyebut nama Allah S WT, seperti; walLahi, bilLahi, talLahi. Secara etimologis arti sumpah yaitu:

1. Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Allah SWT untuk        menguatkan kebenaran dan kesungguhan.
2. Pernyataan yang disertai tekad melakukan sesuatu menguatkan kebenarannya atau berani menerima sesuatu bila yang dinyatakan tidak benar.
3. Janji atau ikrar yang teguhakan menunaikan sesuatu.

    Dalam bahasa Arab sumpah disebut dengan al-aimanu, al-halfu, al-qasamu. Al-aimanu jama’ dari kata al-yamiinu (tangan kanan) karena orang Arab di zaman Jahiliyah apabila bersumpah satu sama lain saling berpegangan tangan kanan. Kata al-yamiinu secara etimologis dikaitakan dengan tangan kanan yang bisa berarti al-quwwah (kekuatan), dan al-qasam (sumpah).

   Dengan demikian pengertianal-yuamiinu merupakan perpaduan dari tiga makna tersebut yang selanjutnya digunakan untuk bersumpah. Dikaitkan dengan kekuatan (al-quwwah), karena orang yang ingin mengatakan atau menyatakan sesuatu dikukuhkan dengan sumpah sehingga pernyataannya lebih kuat sebagaimana tangan kanan lebih kuat dari tangan kiri. Lafal sumpah tersebut harus menggunakan huruf sumpah (al-qasam) yaitu: waw, ba dan ta. seperti; walLahi, bilLahi, talLahi.


Seorang Islam itu hanya boleh bersumpah dengan nama Allah swt sebagaimana sabda Rasulullah saw :
من كان حالفاً فليحلف بالله أو ليصمت
“Barangsiapa yang bersumpah, bersumpahlah dengan nama Allah atau berdiam diri”
Memegang Mushaf (Al-Quran) semasa bersumpah bukanlah merupakan salah satu syarat sumpah. Akan tetapi tidaklah menjadi masalah jika semasa ia bersumpah, tangannya memegang al-Quran, kerana al-Quran adalah merupakan Kalam Allah dan ia merupakan salah satu dari sifat Allah. Scenario ini dapat kita lihat didalam masalah yang melibatkan mahkamah bukan Islam yang memerlukan seseorang itu bersumpah menggunakan kitab suci. Berikut adalah contoh fatwa yang dikeluarkan oleh Fataawaa al-Majma’ al-Fiqhi al-Islami :-

إذا كان القضاء في بلد ما حكمه غير إسلامي يوجب على من توجهت عليه اليمين وضع يده على التوراة أو الإنجيل أو كليهما فعلى المسلم أن يطلب من المحكمة أن يحلف بالله ولا بأس أن يقسم بالقرآن الكريم لأنه كلام الله تعالى وهو صفة من صفاته ، فإن لم يُستجب لطلبه وأُجبر على الحلف بالتوراة أو الإنجيل فإنّه يُعتبر مكرهاً ، ولا بأس عليه أن يضع يده عليهما أو على أحدهما دون أن ينوي بذلك تعظيماً . والله أعلم
 
“Jika sistem didalam sebuah negara tidak memerintah menggunakan undang-undang Islam yang memerlukan seseorang itu mengangkat sumpah meletakkan tangannya diatas Kitab Taurat atau Injil, atau kedua-duanya sekali, maka seorang Islam itu hendaklah meminta mahkamah agar dia boleh bersumpah dengan Nama Allah.

   Dan Tidaklah menjadi masalah jika seseorang itu bersumpah dengan Al-Quran kerana sesungguhnya Al-Quran ialah Perkataan Allah (Kalam Allah) dan ia adalah salah satu dari sifat Allah. Dan jika mahkamah tidak membenarkan permintaan tersebut, dan dia terpaksa bersumpah dengan Taurat dan Injil, maka ini dianggap s ebagai paksaan, maka tidaklah ada dosa bagi seseorang itu meletekkan tangannya keatas salah satu atau kedua-duanya sekali selama-mana dia tidak berniat memuliakan apa yang dilakukan. Wallahu’alam”

No comments:

Post a Comment